Berkutat dengan studi lanjutannya, Sunaryo membutuhkan berbagai sumber bacaan. Tentu saja bacaan tersebut akan dijadikan Sunaryo sebagai referensi untuk berbagai macam tugas yang ia hadapi, mulai dari tugas untuk menulis artikel populer, artikel ilmiah, hingga nantinya tesis.
Dengan tekun, Sunaryo menjelajahi internet, menyelami berbagai situs, baik yang populer maupun yang kurang dikenal, demi mendapatkan referensi yang dibutuhkan.
Setelah berjam-jam menatap tulisan-tulisan membosankan di internet, Sunaryo merasa perlu beristirahat. Alih-alih keluar untuk menikmati pemandangan hijau, ia justru ingin membuka Instagram.
Seru scroll linimasa Instagram, jempol Sunaryo berhenti pada sebuah video. Di mana seorang penulis memberikan ceramah terkait bahaya pembajakan, dan mengapa pembajakan buku itu sangat merugikan industri buku itu sendiri.
“Penulis hanya mendapatkan 10% dari harga buku. Misalkan saja buku tersebut dibandrol 100 ribu, maka penulis hanya mendapatkan 10 ribu. Jadi, kalau satu judul buku tersebut dicetak sebanyak 1000 eksemplar, maka penulis tersebut hanya mendapat 10 juta. Memang 10 juta itu bukan uang yang sedikit, apalagi rata-rata gaji pegawai di Indonesia hanya 3,04 juta,” kata penulis di Instagram.
“Tapi yang perlu diingat adalah, penulis tidak mungkin bisa menerbitkan buku tiap bulannya, banyak buku yang harus dikerjakan bertahun-tahun. Itu pun belum tentu buku tersebut jadi best seller, dan dicetak berulang kali. Best seller saja gagal, jangan pula bermimpi mendapatkan kesempatan untuk diadaptasi menjadi film. Makanya menulis dan menerbitkan buku sebenarnya adalah pekerjaan sampingan, pekerjaan utamanya entah sebagai penulis copy, bankir, guru, wartawan, pedagang beras, atau apalah,” lanjutnya.
Moral Sunaryo bergejolak, ia memang selalu menabung untuk membeli buku. Hanya sebagai seorang mahasiswa, susah juga rasanya untuk menambah wawasan dengan buku original dengan harga tak terjangkau itu. LibGen adalah jawaban Sunaryo dalam mencari buku elektronik, sudah begitu banyak buku-buku yang Sunaryo unduh secara percuma di website pembajak tersebut.
Begitupun dengan artikel, memang Sunaryo dapat membaca berbagai artikel dari jurnal bereputasi secara gratis dan legal, tapi jika ingin mendapatkan wawasan terkadang dibutuhkan juga Sci-Hub, untuk membajak artikel tersebut. Bagi Sunaryo, pembuat situs Sci-Hub Alexandra Elbakyan adalah pahlawan sejati, berkatnya ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan hingga berbagai lapisan masyarakat, amal jariahnya akan terus mengalir sepanjang masa. Entah bagi peneliti dan bagi jurnal penerbit, tentu mereka akan menilai Alexandra Elbakyan sebagai musuh.
“Demi masa depan, semua harus mendapatkan akses terhadap ilmu pengetahuan.” batin Sunaryo.
Dalam pembajakan ini Sunaryo juga tidak sendiri. Pengunjung LibGen, dan Sci-Hub sendiri bisa mencapai jutaan setiap minggunya. “Lagipula kalau memang LibGen atau Sci-Hub dilarang, kenapa masih ada saja situs tersebut,” kata Sunaryo.
“Rasanya diam-diam banyak juga yang senang dengan pembajakan ini.”