Jalan Kaki di Jayakarta

M Ikhsan
3 min readJun 8, 2023

Juni 2023, saya awali dengan berjalan kaki di daerah Jayakarta. Saya mengikuti tour dari Jakarta Good Guide. Saya mengambil tour bertema Jacatraweg.

Tour dimulai di depan Gereja Sion, gereja bersejarah yang telah berdiri sejak tahun 1693. Ketika zaman Belanda, Gereja Sion dikenal dengan nama Gereja Portugis, sebab ketika itu gereja ini adalah tempat belajar agama Kristen untuk mantan budak Portugis.

Gereja Sion. Sumber: dokumentasi pribadi

Selain itu di sekitar gereja pada zaman dahulu juga berfungsi sebagai makam, hingga sekarang di halaman gereja masih terdapat makam-makam pejabat, atau tokoh penting.

Kami berjalan sedikit ke arah gedung Auto 2000, yang ternyata sebelumnya adalah rumah dari Pieter Erberveld. Ia adalah seorang blasteran Jerman dan Siam. Sedikit banyak cerita hidupnya seperti Robin Hood, walau dari kalangan berada, ia menaruh simpati pada pribumi Batavia ketika itu.

Jengah dengan kelakuan penjajah Belanda, bersama dengan Raden Ateng Kertradria memutuskan perencanaan untuk memberontak. Hanya saja rencana tersebut bocor, dan kedua orang tersebut dihukum mati dengan cara sangat sadis.

Tampak dalam Bio Kwee Seng Ong. Sumber: dokumentasi pribadi

Kami melanjutkan perjalanan ke jalan Pecah Kulit, di jalan ini kami menuju ke klenteng Bio Kwee Seng Ong. Kelenteng ini memuja dewa Kwee Seng Ong, dewa keberkahan.

Tampak dalam Vihara Khema. Sumber: dokumentasi pribadi

Setelah itu, kamu juga mengunjungi Vihara Khema. Jarak antara dua rumah ibadah ini cukup dekat.

Masih di sekitar Jayakarta kami akhirnya mengunjungi makam keramat Pangeran Jayakarta, atau Raden Ateng Kertadria. Lokasinya berada di gang kecil, dan berada di dalam sebuah mushola. Dahulu sebenarnya tempat tersebut adalah tempat petilasan dari Pangeran Jayakarta.

Petilasan. Sumber: dokumentasi pribadi

Sementara letak dari makam Pangeran Jayakarta sendiri berada di Jatinegara.

Perjalanan terakhir kami ke Makam Souw Beng Kong, ia adalah seorang Kapiten, dan juga saudagar yang sangat dihormati berbagai kalangan pada masa pemerintahan Belanda.

Dahulu ketika saudagar Tiongkok enggan berbisnis dengan Belanda, Maka pemerintahan Belanda mencoba menggunakan pengaruh Souw Beng Kong.

Malam Souw Beng Kong dulu sempat tak diketahui keberadaannya, hingga akhirnya ditemukan kembali oleh sejarawan Belanda.

Makam Souw Beng Kong. Sumber: dokumentasi pribadi

Sekarang makam di gang sempit tersebut sudah ditetapkan menjadi cagar budaya, hanya saja kondisinya tetap saja memprihatinkan.

Perjalanan berakhir, dan saya mendapat banyak informasi baru terkait para tokoh penting di Batavia pada zaman dulu. Selanjutnya, enaknya kemana lagi ya?

--

--