Rokok murah bermerk Insta yang saya miliki telah habis, walau begitu saya masih ingin merokok, akhirnya saya meminta rokok teman saya. Teman saya orangnya baik, ia dengan sukarela membagikan rokoknya kepada saya, teman juga menyarankan agar saya membeli rokok tingwe (ngelinting sendiri), biar hemat katanya.
Sebelumnya saya juga bukan penghisap rokok merk Insta. Saya menjadikan Insta sebagai rokok sehari-hari lantaran harganya yang lebih murah dibandingkan rokok lainnya. Setidaknya, di Indomaret dekat rumah, rokok Insta adalah merk rokok paling murah.
Ketika di rumah saya memikirkan kembali saran dari teman saya tersebut. Hingga akhirnya, tidak sadar saya sudah membuka Tokopedia, dan melihat berbagai jenis tembakau kering, beserta kertas rokoknya. Tidak terasa, keranjang belanjaan saya pun sudah terisi.
Sebelum memutuskan untuk membayar pesanan, saya ragu. Akhirnya, saya memutuskan untuk googling mengenai informasi yang berkaitan dengan tingwe. Karena masih ragu juga, akhirnya saya memutuskan untuk membeli secara langsung saja.
Saya mengunjungi toko tembakau di Jl. Lontar Raya, Jakarta Pusat. Lokasi tokonya dekat dengan Kantor Kelurahan Kebon Melati. Kurang lebih 700 meter dari Stasiun Tanah Abang. Cari saja di google, dengan keyword “toko tembakau tanah abang”, pasti akan menemukannya.
Dari luar toko, sudah terlihat beberapa bungkus tembakau yang diletakan dalam toples kaca. Saya disambut ramah oleh penjual, dan saya pun memberitahu maksud dan tujuan saya ke toko tembakau tersebut.
“Tembakau yang manis, yang mana Pak?” Tanya saya.
“Yang manis itu dari kertasnya, Mas.”. Jawab penjual tersebut.
“Yang membedakan tembakau ini semua, apa ya Pak?”
“Daerahnya beda, pabrikannya beda, harganya juga beda.”
Akhirnya saya melihat satu persatu tembakau kering yang dipajang. Harganya bervariasi, saya melihat ada tembakau yang dihargai mulai dari Rp7500, ada pula yang Rp15.000. Setelah melihat-lihat saya memutuskan membeli tembakau merk Jangkar Prima, dengan berat 450 gram, dan dibandrol dengan harga Rp8500.
Untuk kertas rokoknya sendiri, saya membeli kertas bermerk Narayana sebanyak dua bungkusan. Satu bungkusnya dibandrol dengan Rp1000. Satu bungkusan kertas tersebut terdiri dari banyak lembar kertas rokok, saya tidak tahu berapa pastinya, yang jelas banyak sekali.
Ketika sampai dirumah saya langsung membuka YouTube, dan menonton sekaligus mengikuti tutorial cara melingting rokok secara manual. Ketika sedang mengikuti tutorial-nya, saya mencium aroma yang wangi sekali dari tembakau kering tersebut. Selain itu, saat menjilat kertas rokoknya agar lengket, saya juga merasakan rasa yang sangat manis.
Rokok tingwe pertama saya sangat buruk sekali, sangat tidak rapi. Saya juga baru sadar, kalau ternyata ukuran dari rokok yang saya miliki sangat kecil. Kalau dilihat dari ukurannya saja, kurang lebih mirip dengan rokok Forte. Ukuran kertas yang kecil ini juga menyusahkan saya dalam proses melinting.
Saya sudah tidak sabar, dan akhirnya membakar rokok tingwe pertama saya. Rasa yang pertama saya dapatkan adalah manis dari kertas. Rasa manisnya cukup mirip dengan manis rokok jenis mild yang ada dipasaran.
Setelah beberapa tarikan, saya merasakan seperti ada yang salah dengan rokok tingwe saya. Kertas rokoknya, terbakar sangat cepat. Sepertinya saat melinting, saya kurang memasukan jumlah tembakau, dan akhirnya rokok tersebut tidak padat.
Setelah rokok tingwe pertama habis, saya langsung mencoba melinting untuk kedua kalinya. Saya mencoba memasukan lebih banyak tembakau. Hanya saja saat dalam penglipatan, banyak sekali tembakau yang malah jatuh berceceran.
Karena tidak sabaran, kertas rokoknya pun sampai lecek. Setelah berjuang cukup lama, akhirnya bisa juga saya melipat kertas tersebut. Setelah itu, untuk merekatkan kertasnya, saya memutuskan menggunakan lem kertas, sebab jilatan liur saja tidak cukup.
Sama dengan rokok tingwe pertama saya. Rasa yang pertama saya rasakan adalah manis kertas rokok tersebut. Setelah beberapa hisap, saya baru merasakan rasa sedikit berat dari tembakaunya. Asap dari rokok tingwe yang saya rasakan tidak menyebabkan tenggorokan gatal, tidak seperti asap Marlboro merah yang kadang membuat tenggorokan saya gatal.
Dari rasa, dan harga, saya cukup menikmati rokok tingwe yang saya beli ini. Hanya saja, proses melinting itu membutuhkan tenaga lebih. Sudah tiga hari saya belajar melinting, masih saja hasilnya berantakan, belum lagi waktu yang dibutuhkan untuk ngelinting tidaklah sedikit. Belakangan saya juga baru tahu, kalau ada alat khusus yang digunakan untuk membantu proses melinting rokok.
Untuk sekarang, saya kembali menghisap rokok Insta. Nanti, kalau rokok Insta harganya sudah terlalu mahal, dan tidak masuk akal, mungkin saya akan mencoba kembali rokok tingwe. Hidup rokok Insta.