Masoud Pezeshkian menang dan terpilih menjadi presiden Iran, ia berhasil mengalahkan lawannya Saeed Jalili. Berbeda dari Saeed Jalili yang seorang konservatif, Masoud Pezeshkian seorang ahli bedah jantung berusia 69 tahun ini juga dikenal sebagai seorang reformis. Selain itu, masyarakat Iran mengenalnya sebagai pemimpin modern yang berkomitmen pada masa depan baru Iran.
Sebagai presiden, Masoud Pezeshkian berencana membawa Iran menuju kemakmuran lebih besar, dan ingin membawa Iran lebih terbuka secara global, yang dimana ada kemungkinan Iran akan mencoba mendekat dengan negara Barat. Dia menekankan kebijakan luar negerinya yang “berorientasi pada peluang” sambil mempertahankan hubungan dengan Rusia dan China serta membuka kerja sama dengan Uni Eropa, sambil menolak tekanan dari Amerika Serikat.
Iran sebagai negara juga memiliki berbagai masalah, untuk masalah dalam negeri adanya pelanggaran hak asasi manusia utamanya terhadap perempuan, selain itu juga ada tantangan lapangan pekerjaan yang minim, dan sebagainya.
Masalah global, Iran masih terkena sanksi dari Amerika Serikat, selain itu Iran juga terlibat peperangan dengan Israel melalui perpanjangan tangannya–proxy war, dimana Iran mendukung secara penuh Hizbullah, dan milisi Houthi. Lantas, apakah presiden baru, Masoud Pezeshkian bisa menangani masalah ini?
Mengenal Sistem Pemerintahan Iran
Sistem pemerintahan Iran adalah sistem republik Islam yang unik dan kompleks, yang secara resmi dikenal sebagai “Republik Islam Iran.” Sistem yang dianut dari Republik Islam pada Iran menggabungkan elemen-elemen teokrasi dan demokrasi, di mana kekuasaan politik utama dipegang oleh pemimpin tertinggi yang dikenal sebagai “Supreme Leader” atau “Pemimpin Tertinggi,” yang saat ini kepemimpinannya ada pada Ayatollah Ali Khamenei.
Posisi tertinggi dalam sistem pemerintahan Iran dipegang oleh Supreme Leader yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam menentukan arah kebijakan negara. Supreme Leader memiliki otoritas atas militer, media, dan lembaga-lembaga utama lainnya. Sedangkan Presiden adalah kepala eksekutif yang dipilih melalui pemilihan umum setiap empat tahun. Presiden bertanggung jawab atas administrasi pemerintah dan pelaksanaan kebijakan dalam negeri serta luar negeri. Namun, kekuasaannya dibatasi oleh Supreme Leader.
Iran juga memiliki parlemen, sebagai lembaga legislatif yang anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Sama sebagai di Indonesia, parlemen ini berfungsi membuat undang-undang, menyetujui anggaran, dan mengawasi kinerja pemerintah. Namun, keputusan parlemen harus disetujui oleh Dewan Penjaga (Guardian Council).
Guardian Council, adalah dewan yang terdiri dari 12 anggota yang bertugas meninjau undang-undang yang akan disahkan oleh parlemen untuk memastikan kesesuaiannya dengan konstitusi dan prinsip-prinsip Islam. Enam anggota dipilih oleh Supreme Leader dan enam lainnya dipilih oleh parlemen dari calon yang diajukan oleh Kepala Kehakiman.
Iran juga memiliki ulama majelis ahli, terdiri dari 88 ulama yang dipilih oleh rakyat, majelis ini memiliki tanggung jawab memilih dan, jika diperlukan, memberhentikan Supreme Leader. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengawasi kinerja Supreme Leader.
Ada juga Hakim Agung Iran, dipimpin oleh Kepala Kehakiman yang ditunjuk oleh Supreme Leader. Sistem ini bertugas menegakkan hukum syariah dan peraturan perundang-undangan negara. Peradilan memiliki kekuasaan independen namun tetap di bawah pengaruh Supreme Leader.
Dapat disimpulkan bahwa di Iran, Presiden bukanlah pemimpin tertinggi, memang betul Presiden memiliki pengaruh yang sangat besar di Iran, hanya saja ada berbagai hal yang masih harus sesuai dengan persetujuan dari Supreme Leader itu sendiri.
Dalam hal ini Masoud Pezeshkian diharapkan dapat membawa perubahan meskipun terdapat hambatan struktural yang besar di dalam sistem Iran, yang diatur oleh pemimpin tertinggi, Ayatollah Ali Khamenei. Meskipun demikian, ia telah mendapatkan dukungan langsung dari Ayatollah Ali Khamenei, menandai hubungan yang jarang terjadi dengan presiden sebelumnya.
Tentang bagaimana Republik Islam Iran kedepannya dalam membela Palestina, rasanya tetap sama. Dikutip dari Iran Front Page, Presiden terpilih Masoud Pezeshkian menyampaikan komitmennya untuk terus melanjutkan dukungannya terhadap Palestina. Ini juga sesuai dengan visi dari Supreme Leader Ayatollah Ali Khamenei, juga pendahulunya Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Sumber:
Ismail Kurun. (2017). Iranian Political System: “Mullocracy?”. Journal of Management and Economic Research. http://dx.doi.org/10.11611/yead.285351
Hanjing Yue. (2015). “Iran’s Political System: Theoretical Base, Constituent Units and Democratic Nature”. David Publishing. doi: 10.17265/2328–2134/2015.11.004
Farnaz Fassihi. (2024, July 16). Iran’s New President Promises Changes. Can He Deliver?. New York Times. https://www.nytimes.com/2024/07/16/world/middleeast/iran-new-president-pezeshkian.html